Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman
ganti peran! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari,
disusul oleh lewatnya bintang/komet yang terang benderang. Di bekas
negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan
pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.
Penjelasannya : Proklamasi kemerdekaan RI (bulan di siang hari = bulan Ramadhan, bulan
sucinya umat Islam), proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat jam 10 pagi
(bintang terang benderang). Simbolisasi ini mengacu kepada simbol bulan
dan bintang yang merupakan 2 simbol Keislaman.
Didalam bait ini, yang dimaksud kerajaan didalam kerajaan yaitu Darul Islam (DI/TII) pimpinan S.M. Kartosuwiryo yang memiliki maksud untuk membangun Negara Islam Indonesia di wilayah Jawa Barat, Kartosuwiryo bukan keturunan Pajajaran. Tapi negara baru ini bisa ditumpas oleh manunggalnya Siliwangi bersama seluruh rakyat Jawa Barat dengan melakukan pagar betis
Didalam bait ini, yang dimaksud kerajaan didalam kerajaan yaitu Darul Islam (DI/TII) pimpinan S.M. Kartosuwiryo yang memiliki maksud untuk membangun Negara Islam Indonesia di wilayah Jawa Barat, Kartosuwiryo bukan keturunan Pajajaran. Tapi negara baru ini bisa ditumpas oleh manunggalnya Siliwangi bersama seluruh rakyat Jawa Barat dengan melakukan pagar betis
Lalu akan ada lagi raja, tapi Raja Buta –kata buta
didalam istilah Sunda bermakna ganda, buta = tidak melihat, dan buta =
raksasa/genderuwo yaitu sebangsa mahluk gaib yang jahat,tapi dalam bait
ini sepertinya mengacu kepada istilah raja yang tidak melihat— yang
membuat pintu tapi tidak boleh ditutup, membuat kolam pancuran air di
tengah jalan. Memelihara elang di pohon beringin. Dasar raja tidak
melihat! Bukan raja raksasa/genderuwo, tapi buta karena tidak melihat,
buaya dan serigala, kucing garong dan monyet menggerogoti rakyat yang
sedang susah. Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang ditangkap
(diporog) –porog adalah semacam alat yang terbuat dari serat pohon
pisang yang diletakan di lubang sarang burung untuk menangkapnya– bukan
hewannya, tapi orang yang memberikan peringatan tersebut.
Penjelasannya : Siapa ini raja baru? Tidak lain dan tidak bukan adalah SUHARTO…..dia
hakikatnya telah mendirikan kerajaan sendiri yaitu kerajaan orde baru
yang sewenang-wenang (otoriter) dan memerintah sesukanya. Banyak yang
kemudian menjadi korban, rakyat dan tokoh yang mencoba mengingatkan
malah dituduh melawan negara (subversif), orang tersebut kemudian
ditangkap terus dimasukan ke penjara.
Memelihara elang di pohon beringin (elang = pancasila, beringin = partai yang lambangnya beringin). Jadi raja ini menjadi kuat sebab memakai tameng pancasila dan didukung oleh partai pohon beringin
Memelihara elang di pohon beringin (elang = pancasila, beringin = partai yang lambangnya beringin). Jadi raja ini menjadi kuat sebab memakai tameng pancasila dan didukung oleh partai pohon beringin
Semakin kedepan semakin kedepan, banyak raksasa
yang buta tidak melihat, menyuruh kembali untuk menyembah berhala.
Jalannya negara tidak beraturan, hukum dan aturan kacau dan
terbelit-belit, karena yang mengendalikannya/mengatur wuluku (bajak)
bukan petani. Jadi wajar saja bila bunga teratai tidak berisi sebagian,
kembang kapas tidak berbuah, padi banyak yang masuk penanak nasi; sebab
yang berkebunnya tukang bohong, yang bertani-nya hanya tukang
janji-janji belaka, yang pintar terlalu banyak, tapi pinter kebelinger.
Penjelasannya : Para raksasa yang dipimpin Raja baru ini semakin merusak, KKN menjadi
budaya baru. Kekuasaan dan harta dunia telah menjadi berhala baru, yang
terus dikumpulkan, dicari kemudian disembah. Negara hasil perjuangan
jadi hancur tidak menentu, sebab negara ini dipegang oleh orang bukan
ahlinya, ulama juga banyak yang salah langkah, tentara berbalik menjadi
musuh rakyat sebab ikut di dunia politik. Raja ini juga banyak salah
menaruh orang untuk suatu jabatan/posisi (tidak on the right man on the
right place). Di jaman raja ini, para pemimpinnya kebanyakan hanya bisa
berbohong dan mengobral janji; banyak juga orang pintar, tapi pinternya
keblinger, bisanya hanya menipu dan membodohi rakyat yang memang sudah
bodoh
Kemudian datang pemuda berjanggut, datangnya cuma
sebentar sambil menyandang kantong tua mencoba memperingatkan yang
sedang salah langkah, memperingatkan yang sedang kelupaan, tapi tidak
ditanggapi. Karena pinternya kebelinger, maunya hanya menang sendiri.
Mereka tidak sadar, bahwa saat itu langit sudah memerah, asap mengepul
dari perapian.
Alih-alih ditanggapi, pemuda berjanggut ditangkap lalu dimasukan ke penjara. Lalu mereka mengacak-ngacak dapur orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan. Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang Pajajaran untuk diceritakan. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka sebenarnya yang menjadi gara-gara selama ini.
Alih-alih ditanggapi, pemuda berjanggut ditangkap lalu dimasukan ke penjara. Lalu mereka mengacak-ngacak dapur orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan. Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang Pajajaran untuk diceritakan. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka sebenarnya yang menjadi gara-gara selama ini.
Penjelasannya : Pada masa ini ada sebagian kalangan tokoh/ulama yang mencoba
memperingatkan raja yang sedang salah langkah ini. Tapi raja yang salah
langkah itu daripada menurut malah berbalik membenci, pemuda berjanggut
itu kemudian ditangkap dan masukan ke penjara. Para pengikut raja ini
memang banyak yang pinter keblinger, kepintarannya dipakai untuk
menindas rakyat. Mereka tidak sadar bahwa sebentar lagi kejayaannya akan
runtuh, jaman akan berubah. Sebab rakyat yang kecewa akan menuntut raja
ini agar turun.
“Melarang Pajajaran diceritakan”, ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa pada jaman Suharto, hampir semua sejarah banyak yang salah, atau dibuat salah, banyak yang diputarbalikan untuk kepentingan kekuasaannya. Sejarah yang asli dan lurus dimanipulasi atau dicoba untuk dihilangkan (sejarah supersemar, G 30S/PKI, sejarah perang Bubat, dll). Sebab apabila sejarah ini terbuka dan kemudian diluruskan kembali, maka Raja Buta ini akan ketahuan kelakuan buruknya, sebab merekalah sebenarnya yang menjadi pokok kehancuran bagi negara ini
“Melarang Pajajaran diceritakan”, ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa pada jaman Suharto, hampir semua sejarah banyak yang salah, atau dibuat salah, banyak yang diputarbalikan untuk kepentingan kekuasaannya. Sejarah yang asli dan lurus dimanipulasi atau dicoba untuk dihilangkan (sejarah supersemar, G 30S/PKI, sejarah perang Bubat, dll). Sebab apabila sejarah ini terbuka dan kemudian diluruskan kembali, maka Raja Buta ini akan ketahuan kelakuan buruknya, sebab merekalah sebenarnya yang menjadi pokok kehancuran bagi negara ini
Epilog :
Apabila kita ingin merubah satu sistem
yang rusak parah maka terdapat beberapa cara, pertama, kita masuk
kedalam sistem lalu merubah sistem dari dalam, tapi diperlukan kekuatan
hati dan integritas yang sangat tinggi karena tidak jarang orang yang
tadinya baik-baik jadi ikut gila setelah masuk sistem; kedua, dengan
menciptakan sistem tandingan yang baik dan sedikit-sedikit berupaya
mengeliminasi sistem yang buruk, seperti yang dilakukan salah satu Islam
sekarang ini; atau yang ketiga dengan merombak total sistem yang ada,
tetapi untuk merombak/merubah total sistem yang ada diperlukan biaya dan
pengorbanan yang sangat besar. Reformasi muncul untuk berupaya
memperbaiki sistem yang rusak, tetapi hasilnya dapat kita saksikan;
reformasi tidak berdaya melawan sistem yang telah diciptakan oleh Raja
Buta selama 32 tahun. Sistem yang bobrok dan telah berurat berakar.
Bangsa kita memang telah benar-benar kronis, satu-satunya cara untuk
menyembuhkannya adalah dengan melakukan revolusi. Mungkin perang adalah
satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Hanya perang yang dapat merubah
suatu sistem secara total, tidak hanya sistem sebuah negara tapi juga
sistem dunia. Perang Dunia I dan Perang Dunia II telah merubah peta
kekuasaan dunia. Ingat, seandainya Amerika tidak terlibat didalam PD II,
mungkin sampai hari ini kita masih dibawah bayang-bayang fasisme Jepang
dan Italia, dan Reicht ke-3 Jerman. Tetapi untuk melakukan sebuah
revolusi diperlukan bantuan dari militer, tapi militer yang bebas dari
pengaruh kekuatan asing, memiliki nasionalisme yang sangat kuat terhadap
bangsanya dan memiliki keinginan yang kuat untuk menghancurkan segala
bentuk penjajahan yang membelit bangsa kita. Jangan tokoh militer yang
jadi antek bangsa penjajah!!
Banyak orang saat ini, terutama dari
wilayah timur pulau Jawa yang ribut tentang kedatangan Satria Piningit,
tetapi ketahuilah bahwa kedatangan Satria Piningit masih cukup jauh.
Apabila kita merujuk kedalam Uga ini, saat ini negara kita sedang dalam
tahap “berkonsolidasinya kembali para pengikut raksasa buta”. Didalam
salah satu Uga yang lainnya disebutkan “Negara kita akan aman hanya
apabila wong jowo tinggal separo,wong belanda tinggal sejodo, wong cina
pada lungo” Artinya? Silakan anda terka sendiri
Gw sendiri setuju, bangsa ini udah sangat-sangat jenuh, bobrok, borok, muak. Banyak orang 'berteriak-teriak' ingin bangkit tapi seolah engga ada satupun orang yang saling membantu untuk maju. Bangsa kita udah di'setel' selama 350 tahun penjajahan Belanda.
Bangsa besar yang hancur karna rakyatnya sendiri.
Kenapa disejarah engga diceritain betapa hebatnya bangsa Indonesia ini di mata internasional ? kenapa di sejarah hanya diceritakan 'hal yang tidak penting', itu semua yang buat siapa ??? Mereka sengaja 'menina bobokan kita'.
Tapi aku percaya bahkan dalam diri aku sendiri, bangsa ini butuh 'perang' butuh 'tumbal' yang banyak, yah meskipun itu harus dengan cara apapun, bangsa ini adalah salah satu negara yang di takuti didunia.
Kapan-kapan ntr gw share lagi tentang tokoh favorit gw ... Soekarno ! lewat beliau kita bisa liat Indonesia itu dulu seperti apa dimata dunia .....

1 komentar:
lanjutin tulisannya dong...dari pemuda 86, he he..
Posting Komentar